Akhir 1980-an, saya yang saat itu masih duduk di bangku SMP bertanya kepada Bapak, “Mengapa orang bisa sangat tidak toleran?”
Jawaban beliau cukup mengejutkan. “Karena mereka tidak pernah belajar tentang angkasa luar.”
Bapak menghabiskan belasan tahun belajar ilmu hadatuon, pengetahuan tradisional Batak tentang pengobatan, perbintangan, adat, silsilah dan marga, termasuk mistik dan supranatural, sehingga ditahbiskan menjadi datu tahun 1955.
Akhir 1960-an, dia mulai pula berguru ilmu tarekat, sampai belasan tahun juga, termasuk kepada Syekh Djalaluddin, pendiri Persatuan Pembela Tarekat Islam (PPTI). Di luar itu, beliau sangat tertarik dengan angkasa luar. Kisah dan teori astronomi selalu memukaunya. Baca lebih lanjut