Kadang kita mengeluarkan biaya besar demi terciptanya kemeriahan. Tetapi meriah, tak selalu berarti ceria, apalagi bahagia. Sebuah pelajaran lagi, dari anak-anakku untuk kami, orang tua mereka.
Seminggu lebih setelah kepergian ibu saya, Zaid anak kedua saya tepat 5 tahun. Ultah sendiri atau nyonyah bolehlah luput (atau bahkan lupa andai gak ada situs2 jejaring sosial itu, ketika wall tiba2 penuh dengan ucapan selamat, entah dari belahan dunia mana). Tapi ultah anak? Ngutang dana ke tetangga pun jadi.
Dalam sidang paripurna keluarga, lengkap dengan 5 fraksi, saya dan istri selaku pimpinan sidang, dan ketiga “produk” kami itu sebagai anggota, saya menyampaikan usul, acara sebaiknya di rumah saja.
Echa langsung interupsi. “Ompung Boru kan baru meninggal, masa’ kita mau pesta-pesta?”
What! “Bilang apa tadi, Nak?” Aku seakan gak percaya dengan pendengaranku, karena belakangan kekuatan sinyalnya emang agak menurun.
“Iya, kita kan masih berdukacita. Orang-orang juga bilang ikut berdukacita, masa kita pesta-pesta.”
Saya dan pimpinan majelis satunya lagi, sejenak pandang-pandangan–kok yang tua-tua malah nggak kepikiran ke situ ya?–kemudian terbahak, menertawai usia yang tak berbuah kearifan.
Tapi Zaid sendiri perlu diminta tanggapannya, sebelum dia keburu walk out dari sidang. “Gapapa ulang tahunnya gak usah buat acara?”
“Gapapa! Tapi tetap beliin kuenya.ย Terus, lilinnya yang besar ya, Pak..”
*****
Kami pun melangsungkan pesta ultah tersepi di dunia, dengan lilin putih terbesar yang bisa saya dapat. Dan melihat ketiga bocah itu tetap begitu ceria, dan tak mungkin itu keceriaan basa-basi seperti sering dipertontonkan oleh kita yang tua-tua, aku merasa dapat pelajaran lagi.
Keceriaan ternyata tak selalu butuh kemeriahan, karena keduanya tak mesti berhubungan. Keceriaan adalah fokus kepada hal-hal menyenangkan dari apa yang kita punya, apakah itu sekadar lilin berukuran besar.
Tapi sesekali, kemeriahan pun perlu, Nak… Panjanglah umurmu, juga bapak dan ibumu, agar nanti, pada saat yang lebih tepat, kita bisa mengupayakannya.
————————————————–
Oiya, kalau berbagi kisah tentang kebahagiaan, keharuan, atau apapun dalam keluarga merupakan bentuk narsisme… maka biarlah seluruh alam raya tahu, aku orang paling narsis sedunia. Gapapa, asal lilinku tetap besar. ๐
Selamat ulang tahun Zaid ๐ Tetap terbarkanlah bang kebahagiaan, apapun kata dunia. Biar pembaca ikut merasakan kehangatan dari jauh. Terharu saya dengar interupsi bijak anggota Fraksi E :).
wongiseng tapi komennya lebih dalem dari orang yang ngaku serius… ๐ TQ.
SIP, anak keren
iya, anak keren. bapaknya sih nggak. wakakaka…
hwaaaa.. *ngelap air mata*
tiup lilinnya ga dibantu ama bapak, kan Zaid?
ya nggaklah, tante. bapaknya kan sejenis naga, kalo niup, yg keluar malah api.
coba di kasih lilin pertamina ๐
met ultah zaid
selamat…
sayang kuenya ngga dibagi ke om hahahaha….
@Ntie: emg lilin pertamina gede ya? *polos*
@Uncle Goop: kalo mau, ntar dikirim pake email deh
bang, kenapa zaid minta lilin yang BESARrrrrrrr..???
ini seriusss lhooo nanyanya, ๐ โ
iya ya, aku malah gak kepikiran nanya. kesenengan duluan sih. mudah2an itu melambangkan cita-citanya: besar, tapi siap terbakar untuk sesuatu yang lebih besar lagi: keridhaan allah dan orang tuanya.
*reply serius juga*
wee.. pake interupsi ya bang.. hehehe
nice, keluarga yang menyenangkan..
ahhh…
maksaih mas toga atas tulisannya…
saya sudah pernah kalah dalam kehidupan ini bahkan pernah sangat terjatuh terjal…
tapi karena 2 orang buah hati saya yang begitu hebatnuya membuat saya selalu berpikir terus untuk tegak berdiri…
saya mengucapkan selamat ulang tahun buat zaid dan mengucapakn bela sungkawa atas berpulangnya “Ompung Boru”
dan terima kasih atas ceritanya
tnyata ank2 bs memberikan pelajaran bgtu sederhana yg kadang bs terlupa, dan saya yakin itu hasil didikan dr org tuanya ๐
Horas !
Ini dia inti permasalahannya… : ( ha..ha.ha.ha. wkwkwkwkk)
“…. Oiya, kalau berbagi kisah tentang kebahagiaan, keharuan, atau apapun dalam keluarga merupakan bentuk narsismeโฆ maka biarlah seluruh alam raya tahu, aku orang paling narsis sedunia. Gapapa, asal lilinku tetap besar….”
Tapi yang jelas ada pelajara berharga bagi semua yang telah membacanya lae. Terutama buat saya pribadi…
turut berduka, Ito. Maaf ketinggalan beritanya. Tapi, panjang umur lah kau Zaid. dan semoga bisa mewarisi segala macam hal yang baik dari kedua orang tuamu, ditambahkan dengan pengalaman hidup yang baru! tetap semangad!
Lovely little family, lovely simple writing, then for me, lovely great lesson. Lovely banget. GBU!
Pertama turut berduka cita tulang, ompung yang terkenal di artikel ngerumpi kini telah tiada, my deep condolences.
Kedua, selamat ultah buat lae awak, Zaid semoga berkembang jadi personal yang kuat, ngikutin jejak creatornya ๐
Tentang pesta ultah tersepi di dunia, kayaknya aku pegang rekor. Ulang tahun sendirian di kosan hehe…
maaf telat ngucapin selamatnya. selamat ulang taun buat si kecil, bang ๐
telat.. happy birthday buat Zaid…
kerasa tersedak buah melon bulat2 emak bapaknya zaid…
selamat ultah zaid, semoga berbahagia sepanjang hidup ๐
salam buat kakak yg pintar itu ๐
narsisme yg menularkan kegembiraan, anak2 kdg merangkap guru, jd pingin upload foto ultah anak2 juga *ikutan narsis*
met ulang tahun buat si cantik, walaupun terlambat
narsisme yg sdh mendunia jauh sebelum era globalisasi
keceriaan yang sesungguhnya ada pada saat mata, hati dan pikiran kita bersama sama diarahkan untuk mensyukuri pemberian yg maha kuasa.
kapan sidang paripurnanya lagi lae ?
met milad ya dek….