Mencintaimu, tanpa Mengambil Satu Hal pun Darimu

Jika aku bisa menghentikan denyut waktu, ku ingin menaruhmu ke dalam sebuah bingkai, menangkap cahaya di sekitarmu, mengagungkanmu dengan gita dan puja, memajang mengusungmu sebagaimana kau mestinya terlihat, lepas pisah dari noda dan pesona pada permukaan keseharian…

Kemudian aku akan berlutut, di sini di tengah jalanan, mengambil gambarmu. Tapi siapa yang akan percaya? Apakah hanya aku yang bisa melihatnya? Aku hanya ingin memandang, sebelum sesaat kemudian kau menghilang.

Aku hanya ingin mencintaimu, tanpa harus merenggut satu hal pun, dari dirimu…

*****

Cinta hanya menunda kehilangan. Tapi kehilangan tak akan pernah terjadi tanpa keinginan untuk mendapatkan. Jadi, mengapa kita tidak merasa cukup dengan jatuh cinta saja, tanpa memaksa diri bangkit, mengejar dan menaklukkannya, untuk kemudian tahu, dia tak akan pernah seutuhnya didapatkan, tak kepadanya semua bisa tuntas terucapkan…

Maka di sini, pun di mana saja, semestinya kita hanya mengambil gambar-gambar, membingkai pesona demi pesona, menyimpan dan merapalkan kata-kata yang bertenaga, kapan saja jiwa merasa lemah dan dahaga.

Karena jika kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, bukankah kesuksesan juga kekalahan yang hanya menunggu saatnya? Tanpa keangkuhan seorang pemenang, tak perlu merasakan pedihnya jadi pecundang.

Juga karena dalamnya guratan luka, diukur dengan tingginya keangkuhan kita, maka sekali lagi, aku hanya ingin mengambil gambarmu, terpesona pada keindahanmu, mencintaimu tanpa sepengetahuanmu.

Biarlah kulakukan diam-diam seperti ini, sehingga ketika kau tak memantulkan arah rasa yang sama, aku tak perlu terluka. Pun bila aku merasa tiba saatnya untuk berhenti, kau pun tak perlu merasa tersakiti.

43 thoughts on “Mencintaimu, tanpa Mengambil Satu Hal pun Darimu

  1. Nesia!

    @queeny.
    konon kata orang, ketika sebuah tulisan tuntas dibuat, dan kemudian dilempar ke pasar, tssaaaahh… si penulis udah koit, alias udah tamat perannya.

    tulisan tadi akan mengarungi nasibnya sendiri, diterjemahkan (atau justru diacuhkan) oleh pembaca, sesuka hati mereka…

    *ngelesh, karenah dirikuh sendirih jugah gakh ngertih*

    Balas
  2. Ryan Shinu Raz

    HOras..!!!

    Ini namanya selingkuh dalam hati lae.. (he.he..he..)
    Karena menurutku sebenarnya kita tak pernah tidak mengharapkan sesuatu apapun pada diri orang lain yang begitu kita cintai. Bahkan minimal yang kita harapkan itu adalah Dia juga mencintai kita..

    “….Aku hanya ingin mencintaimu, tanpa harus merenggut satu hal pun, dari dirimu…”

    Atau kata lain dari Cinta sejati.

    Balas
    1. Nesia!

      tak bisa juga lsng dinobatkan cinta sejati lae… semua punya kesejatiannya masing2… termasuk mereka yang mencintai secara diam-diam, entah karena pengecut, entah karena terlalu murni. wakakakaka…

      Balas
  3. Guh

    Itu semua mudah kalau sejak awal main aman, mencintai diam-diam, tanpa resiko jadi pecundang.

    Tapi Bang, gimana kalau terlanjur terperosok dalam pedihnya kepecundangan? Bagaimana caranya melepaskan keangkuhan? Bagaimana caranya melepaskan rasa yang tak juga mau hengkang walau kita tahu rasa itu sedikitpun tak berguna?

    Balas
  4. myalisha

    jadi teringat ungkapan seorang teman :
    “Mencintai berati tidak boleh memiliki”
    begitu sederhana tapi menjadi perenungan… dan yah… mungkin mirip dengan apa yang diuangkapkan bang Toga.. Mencintai, tanpa mengambil satu hal pun dari orang yang dicintai…

    sudah lama… tidak membaca tulisan bang toga… dan ternyata banyak artikel-artikel baru, isinya pun selalu mengejutkan… =)

    Balas
  5. fatimah azzahra

    Biarlah kulakukan diam-diam seperti ini, sehingga ketika kau tak memantulkan arah rasa yang sama, aku tak perlu terluka. Pun bila aku merasa tiba saatnya untuk berhenti, kau pun tak perlu merasa tersakiti.

    Balas
  6. fatimah azzahra

    maaf bang toga..dua kali uplodnya soalnya jaringannya aneh..

    ..Biarlah kulakukan diam-diam seperti ini, sehingga ketika kau tak memantulkan arah rasa yang sama, aku tak perlu terluka. Pun bila aku merasa tiba saatnya untuk berhenti, kau pun tak perlu merasa tersakiti..

    aku paling suka kalimat iniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii..

    Balas
  7. weirdaft

    duluuuu…….pernah punya yang kyk gini. jatuh cinta, diam2 aja, nggak bilang2, berteman seperti biasa, tapi kok rasanya ya tetap sakit bang.
    buatku, mencintai ya berarti harus memiliki, biarpun nanti akhirnya akan merasa sakit juga. tapi paling nggak, tau apakah yang dijatuhi cinta punya perasaan yg sama atau nggak.
    lagipula bang, sama kayak yg dibilang Guns ‘N Roses dan Peterpan, nothing last forever, kan? dan tiap2 yg hidup pasti mati.
    klo emang udah waktunya harus berhenti, terpaksa atau dgn rela hati; jatuh cinta, mencintai dan membuat org yg dijatuhi cinta mengetahui tentang perasaan terdalam itu, ya tetap harus berhenti jg kan, meski (dan pastinya) terselip perih

    *ah komen yg sok tau lagi*

    Balas
  8. Nesia!

    @Coklat.
    Jagoannya? Wakakakaka, siapa dong banditnya?

    Eh, di ngerumpi[dot]com jg sedang berseliweran pemilik nick Coklat. Oknum yg samakah? Wakakakaka… Oknum, berasa tersangka korupsi jadinya. maap ya.

    Balas
  9. umi

    pertama, pas baca postingannya jadi terharu, soalnya saya juga pernah menjadi pengagum rahasia seseorang kala masih muda dulu, tapi pas baca komentar2nya jadi ketawa2…Aaahhh, terombang-ambing nih perasaan pembaca..!!
    kedua, cinta yang tidak disampaikan itu kan cocoknya buat orang yg cintanya mudah datang dan hilang, biar ga ketauan buayanya…hehehe..kira2 begitu ga?

    Balas
  10. Widya wwx

    Mmm… Awak msh pembaca amatiran. Tp… Beneran bagus tulisannya..
    Eh bang…
    Btw rumah qt deketan, awak d blkng griya, kode posnya sama..

    Balas
  11. hantu

    then it comes the paradox :mrgreen:

    Inilah kenapa aku selalu kagok kalo nulis soal cinta2an, ya selain lepel awak masih jauh dibawah abang. Kedua juga karena ketika kita menulis soal beginian, usaha eksplorasi keindahan, keagungan cinta dan menatahkannya dalam ruh puitik seringkali mendorong kita jadi berlebihan, menulis jauh dari apa yang sebenarnya penulis sanggup lakukan dan pahami sebenar.

    self control..self control tiba2 jadi liar 😆

    lah trus paradox nya?

    beberapa postingan abang yang terdahulu, justru mengatakan sebaliknya, untuk tak takut memeluk cinta, sepahit dan semanis apapun itu

    *mbaca ulang komen*
    eh maaf bang, meracau aku, meracau 😆 😆
    *siap2 kabur*

    maaf lahir bathin ya bang *sekalian ziarah*

    Balas
  12. nettakayne

    sakit memang pd ahkirnya tpi mmng lbh baek drpd qt memaksakan ssorg utk mencintai jieeeeeeeeee asyik bgt tlsannya jd kangen menekuni hobi lma nie yg udh ta tinggalin thk so much

    Balas
  13. SiMunGiL

    cerita cinta memang tidak akan pernah selesai,
    dan tema ini selalu bergaung dengan indah, bagaimana pun bentuknya.
    Dalam lagu, puisi atau tulisan…

    apalagi dirangkai sama Ito yang luarbiasa..

    terimakasih selalu merangkaikan kalimat yang begitu indah..
    mohon maaf lahir batin..

    Balas
  14. Siu Elha

    mencintai karena tak memiliki kadang memang terasa sisi romantise ato masokis ya? jadi merana-rana seolah itu cinta agung yang abadi padahal gak gitu-gitu amat deh, karena barangkali itu masokisme kita aja, hehehe..maafff kalo binun…

    Balas
  15. rara1802

    Miciii…

    Salam kenal…
    Rara kbetulan nyasar juga kesini…
    Masya Allah…smua yg ada disini adl ‘sesuatu’ yg tidak pernah bisa ra ungkap slm ini, sesuatu yg sll ra pikirkan, tp tak terkatakan, yg terendap lama di ujung hatiku…hiks….selama 2 th…mencintai nya tanpa memperoleh apapun…

    Ra suka kalimat yg paling akhir bang… :
    “Biarlah kulakukan diam-diam seperti ini…”

    Makasih bang…

    Balas

Tinggalkan Balasan ke Nesia! Batalkan balasan