Agama vs Atheisme, Round 2!

Tulisan Islam vs Kristen, Pemenangnya Atheis, telah menjelma menjadi thread diskusi spiritualitas yang sangat ramai. Saat tulisan ini saya publish, tulisan itu sudah mendapat 684 komentar, belum termasuk komentar yang berupa balasan langsung. Ini sudah mendekati “sukses” judul Justru Setelah Jadi Muslim, Aku Tahu Kristen Itu Benar, yang mendapat komentar di atas 1.000 buah!

Tulisan berikut adalah salah satu komentar untuk tulisan tersebut, dari seorang pembaca dengan nick Hari. Sebuah tulisan singkat, namun mampu membuka mata–setidaknya mata saya–bahwa rasionalitas dan irasionalitas, agama dan atheisme, tak selalu bisa dipertandingkan, karena mereka memang punya “kelas” yang berbeda, punya pesona masing-masing, memiliki “lubang” sendiri-sendiri.

Ini sekaligus menjawab usul Sdr. HH, pembaca lainnya, yang meminta tulisan ini dijadikan penghuni Comment of The Week. This time, you got more than you espected, Sir.

Satu lagi, jika HH boleh ngusul, saya juga dong. Gimana kalau thread diskusi di sana, kita pindahin ke sini yuk. Halamannya sudah berat sekali dibuka soalnya…

—————————————————

Islam vs Kristen, pemenangnya Atheis! Ini adalah kalimat pernyataan yang kebenarannya diletakkan dalam penjelasannya itu sendiri dan bukannya sudah menjadi suatu kebenaran.

Jadi yang pasti islam vs kristen belum tentu yang menang atheis ? Sehingga pernyataan berikutnya seperti : Atheis menjadi pemenang karena kaum atheis menggunakan pola pikir rasionalitas dan meninggalkan pendekatan wahyu yang tidak rasional. Rasionalitas sepatutnya membawa kita semua kedalam kemanusiaan, sebagai upaya intelektual manusia untuk memaknai kehidupan di dunia ini.

Secara moral kaum atheis mempunyai moral yang disebut Moral Rasional yaitu moral yang tidak diturunkan oleh wahyu dan tradisi keagamaan, tetapi dari akal pikiran manusia. Moral rasionalitas ini membawa manusia atheis sampai ke tepian akhir keberadaan semua hal yang ada di alam semesta ini. Kesemuanya menuntun manusia menemukan prinsip kebaikan dan kebenaran, murni tanpa mistik yang membodohi.

Berpikir rasional adalah berpikir logis … berpikir urut atau runut, kalau mulainya a, berikutnya adalah b, c, d dst; kalau mulainya 1, maka selanjutnya adalah 2, 3, 4 dst. Ada urut-urutannya. Tanpa urutan maka itu adalah irrasional atau tidak logis sehingga hal itu tertolak meskipun hasilnya benar karena terbukti.

Ambil contoh dalam bidang kesehatan.

Kita dicekokin dengan dunia medis model Barat yang berangkat dari anatomi tubuh manusia, berikut peralatan medis pengobatannya termasuk masalah farmasinya, sehingga apabila ada orang sakit jantung yang salurannya tersumbat maka operasi bypass adalah cara untuk mengatasinya ? Logis … Rasional. Adanya sumbatan itu dapat dibuktikan foto-foto atau scanning yang ada. Setelah operasi … maka si penderita memerlukan waktu cukup lama untuk recovery bagi kesembuhan terbaiknya.

Sedangkan di kondisi irrasionalitas … Ada orang-orang tertentu … (Dikatakan sebagai orang yang ber ILMU, entah agamawan atau paranormal) dapat melakukan terapi tanpa operasi sebagai solusi bagi tersumbatnya saluran di jantungnya ? Mereka tidak bisa menjelaskan secara terurut atau runut atas proses dan terapi yang dilakukan, tapi hasil terapi tersebut memiliki keberhasilan yang tinggi. Hal ini juga sering terjadi pada pasien-pasien yang menderita patah tulang akibat kecelakaan ? Bisa sembuh dengan hasil baik, dalam waktu yang cukup singkat dan yang terpenting adalah MURAH.

Kedua hal ini menjelaskan konsepsi RASIONALITAS dan IRRASIONALITAS, karena masing-masingnya memiliki kekurangan dan kelebihannya , bagi penjelasan rasional, maka masalah men-trace atau menelusuri dari berbagai kemungkinan SANGAT TERBUKA ? Dan biasanya setelah ditelusuri akan muncul kemungkinan-kemungkinan baru bagi hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah ada dan itu bisa dilakukan oleh siapa saja. Berbeda dengan konsep IRRASIONALITAS, sepertinya ini adalah milik PERSONAL yang MELEKAT ke diri seseorang dan sukar untuk menduplikasikannya ke orang lain ? Apalagi mengembangkannya ? Tapi masing-masingnya terbukti berdasarkan hasil yang ada. Bedanya … Hasil yang RASIONAL (dalam dunia medis) BIAYANYA SANGAT LEBIH MAHAL dibanding dengan yang IRRASIONAL.

Masalah RASIONAL dan IRRASIONAL ? Bukankah secara matematikanya sudah ada perumusannya ? Dalam bentuk bilangan RASIONAL dan bilangan IRRASIONAL ? Jadi kedua hal itu TIDAK PERLU dipertentangkan karena HAKEKATNYA memang ada apa itu yang dinamakan dengan hal-hal yang bersifat RASIONAL dan IRRASIONAL itu dalam kehidupan keseharian ? Sehingga TIDAK PERLU SALING MENEGASIKAN atau MENIADAKAN atau MERASA yang PALING UNGGUL ? Mungkin karena kita kurang mengerti pemikiran ANTAGONIS dari yang KITA PERCAYAI, maka kita membuat statement dengan MENYALAHKAN yang lain. Termasuk agama ?