Pergilah Seperti Uap, Karena Kutau, Kau Akan Kembali Sebagai Hujan

Aku tahu, kau akan pulang…

Kau beranjak pergi ke dunia, nun jauh, berbilang jarak dari segala. Kemudian kau pulang, berbusana kegelapan. Kau kembali, memberiku cahaya yang lama kau simpan-simpan, kau bentuk-bentuk tak setahu dunia, membentuk dirinya sendiri seperti lempung tanah liat, salju yang menyerbuk membatu, menggumpal, kau hibahkan, menaruhnya pada sebuah sudut hati, seperti persuaan cahaya dengan cahaya.

Dua cahaya menyatu jadi biru, titik warna tertinggi yang dicapai api, terbakar tanpa sempat terkejap—kau serahkan dirimu sendiri, di sini, di sebuah tempat yang jauh dari segala yang lain, bahkan jauh dari dirimu sendiri, di dekatku, di dalamku.

Pada saat yang sama, kau juga membuatku jauh dari diriku sendiri, di dekatmu, di dalammu. Jauh dari diri kita masing-masing, mengakrabi keabadian, mendekat pada sesuatu yang tak ternamai, tak tertempatkan, keindahan yang tak tergelincirkan, tak tergeserkan, tak terundukkan.

Di sini, di tempat ini, kita tertegaskan, terteguhkan, terkukuhkan, terpaskan, tersahkan. Kita ternyata harus terpisah untuk bisa bersama seperti ini, bercerai untuk rujuk menjadi sesuatu yang baru, rasa yang mengejutkan setiap kali datang, terpesona pada kebaruan yang selalu menyapa, berkilau wujud senyawa sederhana.

Kita pergi ke sana, untuk kemudian menyadari kita selalu di sana, dan akan tetap di sana, untuk kita temukan lagi, untuk kita lupakan lagi, dibarukan, disingkap, dibagi, digugurkan, disemi lagi.

Menjauh untuk kembali, berbusana kegelapan, membuka selubung cahaya, membangun cahaya, mengenali cahaya. Beringsut ke belakang, merangkak ke depan. Cahaya yang membuat bayang-bayang pepohonan menari-nari di tengah angin, di hadapan jendela tak berdaun di palung malam ini. Menengadah, merunduk. 

Inilah kembara rintik, kembali ke sumbernya, merontokkan dirinya sendiri ke bumi, agar bisa mengenali samudera.

Seperti ini. Sungguh seperti itu.

38 thoughts on “Pergilah Seperti Uap, Karena Kutau, Kau Akan Kembali Sebagai Hujan

  1. HARUHI-ism

    Judul tulisan: Pergilah Seperti Uap, Karena Kutau, Kau Akan Kembali Sebagai Hujan

    Slug tulisan: bila-cinta-tak-pernah-pergi-maka-cinta-tak-pernah-hadir

    Ah, saya sedang mencoba memikirkannya lebih lanjut.. 😐

    Balas
  2. Hendy

    bung menulis seperti pakar sosiologi yang serba ilmiah di artikel sebelumnya. trus disini seperti pujangga yang kesurupan shakesper.

    hebat bung!

    Balas
  3. yati

    dia udah pergi seperti uap, kembali ke penciptanya. tapi orang2 di sekelilingnya selalu mengingatkan saya tentangnya. mereka baru menemukan sesuatu yang disimpannya berisi nama saya. apa itu tanda dia kembali dalam ujud hujan? 😦 sediiiih sekali…

    Balas
  4. Zulmasri

    kubiarkan angin membawaku ke benua jauh
    mencari cinta pada hijaunya daun
    tumbuhkan tunas dan mekarkan kembang
    :akulah mendungmu saat kemarau berpirau

    Wah Bang, asyik kali baca tulisannya. Kata-kata terpilah dan terpilih.

    Salam kenal!

    Balas
  5. Hanna

    senang banget membaca tulisannya.

    sungai berkata kepada awan:

    “cepatlah pergi dan cepatlah datang kembali”

    awan pergi berubah menjadi hujan. hujan turun ke bumi menjelma kembali menjadi air, air membentuk sungai. sungai menguap membentuk awan kembali… hehe…

    jadi berbahagialah dalam bentuk apapun karena pada akhirnya kita akan kembali semula.

    Balas
  6. Robert Manurung

    There is not a new under the sun ?

    Pantesan Orde Baru eksis lagi, dengan seragam baru dan siasat yang lebih lihai. Rakyat juga tetap lugu dan dungu……………………

    ….tetap bersemangat menyanyikan Indonesia Raya, meski sudah sekarat karena kelaparan.

    Hidup Republik Cinta!

    Balas
  7. calonorangtenarsedunia

    Dua cahaya menyatu jadi biru, titik warna tertinggi yang dicapai api, terbakar tanpa sempat terkejap—kau serahkan dirimu sendiri, di sini, di sebuah tempat yang jauh dari segala yang lain, bahkan jauh dari dirimu sendiri, di dekatku, di dalamku.

    Harus adakah peleburan itu?

    Balas
  8. erander

    Jadi ingat lagu .. cinta kan membawa mu kembali 🙂 sejauh apapun dia pergi .. pasti kembali juga. Seperti seorang pengembara atau perantau, yang selalu rindu pulang.

    Balas
  9. Luthfi

    Jadi teringat kalimat ini (lupa pilem apaan):
    Kamu adalah dirimu yg kamu pikirkan, bukan yg orang lain pikirkan.

    Well.. good one folk.

    Balas
  10. ridya

    errander… itu lagu kebangsaanku dengannya

    “tapi mungkin sekarang dia benar-benar akan pergi”

    hiks..hiks…hiks…

    Balas
  11. Ping balik: Karena kutau, kau akan datang « Negeri Mimpi…

  12. hujanjam13

    “….Inilah kembara rintik, kembali ke sumbernya, merontokkan dirinya sendiri ke bumi, agar bisa mengenali samudera”

    Hujan memang menginspirasi, mengeksploitasi, dan mengiringi peristiwa….

    Salam kenal

    Balas
  13. Ping balik: Pergilah Seperti Uap, Karena Kutau, Kau Akan Kembali Sebagai Hujan (Part II) « Nesiaweek Interemotional Edition

  14. Muhadkly Acho

    Nyaman memang kalau dia bisa kembali seperti hujan, yg kurang nyaman itu, kl ternyata kita ini langitnya, cuma kebagian uapnya dan sekarang dia sudah pulang kerumahnya sebagai hujan.. 🙂

    * apakabar lae? 🙂 *

    Balas

Tinggalkan Balasan ke Luthfi Batalkan balasan